Hibah Karya Vs. Brainstorming

(Sebuahrefleksi Peran Guru dalam Membangun Budaya Kejujuran Akademik)

Sebuahkeironisan tatkala seorang guru sebuah sekolah menengah atas yang tidak ingin menyertakan atau sekedarmencantumkan namanya pada karya ilmiahnya untuk dilombakan ke ajang nasional,dengan alasan karyanya telah diberikan atau di”hibahkan” ke anak didik secara Cuma-Cumadan total. Sebulan kemudian anak tersebut meraih juara I diajang tersebut.

Haldiatas membuat saya berpikir secara mendalam, kok bisa ya?, tatkala anak didikhanya diberikan sebuah hasil cemerlang guru dengan Cuma-Cuma tanpa ada perubahansana-sini, kira-kira cara ini benar adanya?. Toh karya ilmiah itu hasil polapikir dan proses penelitian panjang dan melelahkan milik sang guru. Kegundahanini aku pendam sesaat hingga suatu hari aku tanyakan ke guru bersangkutan, apaalasan karya ilmiah yang ia ciptakan diberikan ke siswa yang notabene tidak bahkannimbrung dalam pembuatan karya itu. Dan dimana letak kejujuran akademik kitadalam kasus pemberian karya?.

“Sayahibahkan kok Pak, saya Ikhlas”, dengan entengnya ia menjawab, aku balikbertanya apakah sudah melalui tahapan brainstorming atas karya ilmiahnya dengansiswa yang akan lomba?, atau sekedar petanyaan apa ada yang kurang dengan karyaini? Yang dilontarkan ke anak didik sehingga proton-proton kutub positifdan negatif menyengat otak siswa kita hingga mau memberi andil dalam berpikir?,dan dengan intrupsi yang gemilang menciptakan karya baru yang juga tidak kalahgemilang?. Lantas dimana letak kejujuran nurani kita sebagai pendidik terhadapakademik siswa?. Atau minimal mencubit sedikit jiwa siswa untuk berani meraihkarakter sebagai peneliti.

Inilahbudaya instan yang berbau poison, racun dan virus yang siap meledakdimasa-masa yang akan datang, bahkan kita sebagai pendidik tidak terasa telahmembunuh atau bahkan memakan otak anak-anak secara maaf mentah-mentah. Danvirus itu bernama “asal jadi karena waktu sudah mepet”.


Apa kata Al-Gazali ?


Untukmeminimalisir kejadian diatas kita sebagai pendidik, laskar moral, laskarpelangi pengetahuan, adalah mencoba untuk kembali merumuskan seperti apa yangdirumuskan oleh imam Al-Gazali dan coba memahami apa yang menjadikan kitasebagai pendidik atau guru yang ideal untuk siswa, sehingga dengan obat inikita setidaknya telah memberikan kemuliaan kepada siswa dan anak didik kita.

  • - Guru yang rajin dan banyakmenulis sebagai upaya penularan karakter menulis pada siswa sehingga dengancara itu siswa tidak akan merasa puas dengan yang telah di “hibahkan” gurukepada anak didiknya.
  • - Guru yang selalu mengajakanak didik membaca, membaca disini bukan sekedar membaca bacaan atau makalah,tapi tadabur akan semesta dan merenungi rahasia-rahasia yang tersembunyidibalik tirai belum terkuaknya rahasia keilmuan.
  • - Guru yang ideal adalah guruyang gemar melakukan penelitian, cikal penelitian adalah adanya masalah. Seorangpeneliti juga berperan penting memberikan bekal kepada semua orang untuk dapatmenyebarkan kebaikan meneliti, tidak akan percaya masalah dapat diselesaikantanpa sebuah perencanaan dan penelitian. Walau janji Allah dalam surat Insyirahbahwa setiap penelitian atau masalah maka setiap itu juga jawaban akan munculdan menghasilkan karya. Seorang pendidik yang peneliti selalu saja dalamkegelisahan dengan prestasi dan proses berpikir hingga akan terus mencari carapemecahannya dengan terus meneliti. Karena itu juga banyak ulama dan ilmuanhanya memakai dua jam dalam sehari untuk sekedar rehat. Sisanya? Untuk penelitian.
Belajar dari Jepang

Jepangbukan meniru atau plagiat akan karya barat, namun semangat modifikasi daninovasi pada saatnya membuatnya menjadi negara yang digdaya dibidang industridan teknologi.


Bangsa Jepang memang pintarmeniru. Walaupun tidak memiliki tradisi mencipta seperti Barat, tetapi merekamemiliki daya inovasi yang tinggi. Pihak Barat (baca: Eropa dan Amerika) memakai proses logika, rasional, dankajian empiris untuk menghasilkan sebuah inovasi. Bangsa Jepangmelibatkan aspek emosi dan intuisi untuk menghasilkan inovasi yang sesuaidengan selera pasar. Jepangsadar kalau meniru dan memajukan produk ciptaan Barat tidak dapat membantumendongkrak status mereka sebagai penguasa ekonomi dunia yang berpengaruh.Mereka harus memiliki identitas sendiri yang menjadi lambang kehebatan bangsamereka.
Sejarah membuktikan bahwa sebuahbangsa besar adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan memilikisemangat menggunakan dan mewujudkan ilmu pengetahuannya dalam bentukvariabel-variabel yang nyata. Bangsa Jepang sangat menyunjung tinggi ilmu danmenjadikannya sebagai suatu budaya hidup. Organisasi di Jepang memberikankebebasan kepada para pekerjanya untuk menuntut ilmu sebagai dasar kesuksesanproses penciptaan dan inovasi. Walaupun banyak orang Jepang, termasuk profesoruniversitas, tidak menguasai bahasa Inggris dengan baik, tetapi itu tidakmenjadi penghalang untuk menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Untukmengembangkan ilmu dengan baik, bidang penerjemahan digerakkan secara produktifdan inovatif. (Anonim)


Ulasandiatas bisa kita sadurkan untuk kepentingan kita sebagai pendidik, untukmemberi motivasi kepada anak-anak untuk tidak harus menciptakan sebuah karya yangtercipta dan tidak ada yang mirip dengannya. Setidaknya kita memotivasikanuntuk berpikir keratif sehingga menciptakan sebuah karya walau itu telah adadan usang namun perubahan pada karya yang telah ada adalah sebuah inovasi.


Oleh karenaitu kita butuh sebuah mekanisme dan kerangka berpikir atau metoda yangdengannya dapat menciptakan budaya intrupsi sehat, budaya tidak kenal lelahuntuk sebuah perubahan dan menghilangkan keinstanan dalam otak siswa kita. Dengannyakita sebagai pendidik jujur pada diri kita, mengatakan bahwa itu karya kita,dan jujur pula pada siswa untuk membuat hal yang baru.


Brainstorming adalah solusinya.

Berikut ini adalahlangkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode brainstorming:

1). Pemberian informasi dan motivasi
Guru menjelaskan masalah yangdihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untukmenyumbangkan pemikirannya.


2). Identifikasi
Pada tahap ini peserta didik diundanguntuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yangmasuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan pesertahanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas pesertadidik tidak terhambat.


3). Klasifikasi
Semua saran dan masukan pesertaditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yangdibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/faktor-faktor lain.


4). Verifikasi
Kelompok secara bersama melihatkembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diujirelevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang samadiambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepadapemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.

5). Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok besertapeserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yangdisetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahanmasalah yang dianggap paling tepat. (Roestiyah 2001: 73)


Dengan cara dan metode brainstormingyang telah dipaparkan diharapkan kita dapat membangun generasi yang akan datangjujur pada diri mereka dengan menjadi insan yang berguna bagi sesamanya karenaitulah manusia yang ideal yang bernah disabdakan oleh Rasulullah dalam Hadistbeliau. Semoga saya dan kita semua menjadi hamba yang selalu mengikutitauladannya. Amin.


Comments

Semoga Bermanfaat. Amin
Anonymous said…
penuh makna, menggugah hati setiap guru untuk mengingat kembali kode etik seorang pendidik.. namun saat ini tidak sedikit guru yang bingung memilih antara tugas sebagai pendidik yang sebenarnya atau tugas sebagai pendidik yang terus dikejar target dari sekolah n sistem pendidikan yang ada..
bang zack.. kasih gambar donk.. biar lucu.. karikatur ecth..
besuki4 said…
Thanks for Anonim yang ternyata Bu Guru Emy ...

Popular posts from this blog

Project IOT Dengan Sensor Jarak