Permasalahan Seputar E-Learning

PENDAHULUAN
            Perkembangan abad XXI dalam pendidikan nasional sangat dikaitkan dengan perubahan paradigma pendidikan yang sebut dengan pendidikan yang terisolasi menjadi pendidikan dengan lingkungan jejaring.
            Maraknya perkembangan teknologi berbasis sosial atau jejaring sosial jika kita manfaatkan untuk kepentingan pendidikan maka sekat dan ruang antar individu bahkan antar negara menjadi hilang karena bisa dikembangkan ke arah e-learning.
            Pemanfaatan jejaring sosial untuk menciptakan kelas berbasis virtual bisa saja terjadi karena teknologi streaming berkembang dengan pesat. Namun menjadi pertanyaan apakah dapat diterapkan di Indonesia dengan berbagai kendala dan tantangan?. Maka butuh sebuah strategi yang inovatif dan cerdas untuk dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul akibat dari perkembangan teknologi bidang pendidikan seperti e-learning.
            Karya tulis ini dalam pembahasannya mengungkapkan solusi untuk Indonesia jika menerapkan era e-learning, kenapa e-learning dipandang perlu untuk perkembangan pendidikan?, dan apakah rancangan yang tepat  agar e-learning tidak terasa seperti belajar yang terisolasi tidak ada interaksi sosial didalamnya?.
            Kiranya pepatah yang mengatakan tidak ada gading yang tak retak maka karya ini pun masih membutuhkan pemikiran-pemikiran segar untuk dapat dikembangkannya menjadi bermanfaat untuk masyarakat secara umum dan untuk civitas akademika Pasca Sarjana UNESA secara khusus.


RUMUSAN MASALAH
1.      Penerapan elearning di Indonesia. Apa yang menjadi kendala dan kemungkinan yang muncul. Jelaskan kendala dan kemungkinan tersebut, dan bagaimana mengatasi dan mengoptimalkan pelaksanaan elearning jika diterapkan di indonesia.
2.      Interaksi merupakan bagian yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pemanfaatan elearning, interaksi yang muncul di antara peserta pembelajaran menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana mengoptimalkan aspek interaksi sehingga semua aspek interaktivitas pada pembelajaran tatap muka (face-to-face) dapat tercapai?
3.      Mengapa pendidikan perlu mempertimbangkan elearning? Bagaimana dengan ilmuan teknologi pendidikan menyikapi hal ini?
4.      Pemanfaatan elearning ditengarai akan menyebabkan perilaku penyendiri tidak mau bersosialisasi dengan orang lain di lingkungannya. Bagaimana upaya teknolog pembelajaran dalam mengatasi kemungkinan tersebut?




PEMBAHASAN
1.  Penerapan E-learning di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, jika kita kelompokkan tantangan itu maka akan terbagi menjadi berbagai point
a.      Kendala Infrastruktur dan Teknologi
            Masih banyak daerah di Indonesia yang belum tersalurkan aliran listrik sehinga menjadi kendala tersendiri untuk kebutuhan internet, kendala ini masih kendala yang mendasar di mana tidak meratanya penggunaan internet di Indonesia
            Indonesia mengandalkan jaringan nirkabel, yaitu sistem seluler dan satelit. Padahal, jenis prasarana telekomunikasi ini lebih rendah dalam hal kualitas dan kecepatan penyampaian sinyal dibandingkan sambungan kabel serat optic atau yang disebut dengan fiber optik.
            Jaringan serat optik yang telah dikembangkan di Indonesia salah satunya adalah Ring Palapa.  

b.      Kendala biaya
            Trennya adalah biaya akses internet yang makin murah walau belum bisa dibilang cepat dalam aksesnya. Provider-provider di Indonesia berbondong-bondong menawarkan fasilitas broadband yang makin murah dan kompetitif.
            Namun kendala biaya justru muncul dari sulitnya untuk menyusun strategi investasi bagaimana menghasilkan keuntangan dari penerapan e-learning. Namun konsistensi pemerintah untuk membantu pendanaan bisa menjadi meringankan ketika kita dapat bantuan dana untuk proyek e-learning, maka sejaitnya kita dapat mengendalikan dan memanfaatkan sumber dana tersebut.

c.       Kendala Sumber Daya Manusia
            Masih banyak SDM yang tidak mempunyai bekal dalam keilmuan yang berbasis open source karena jaringan penggunaannya yang masih tergolong baru, mulai tahun 2004 baru di deklarasikan gerakan Go Open Sourch oleh 5 kementrian dalam negeri untuk meningkatkan penggunaan program atau sofware yang legal.

d.      Kemungkinan – kemungkinan perubahan paradigm Pedagogik
            Perubahan gaya dan cara belajar mengajar sudah berubah, dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada anak didik, dari satu sumber belajar ke berbagai sumber belajar. Sekarang sudah berkembang dari materi yang diberikan oleh satu arah yaitu guru menjadi materi yang datang dari berbagai sumber bahkan dari siswa. Dan perubahan paradigma ini yang membuat e-learning tumbuh kembang, namun untuk pemerataannya di Indonesia masih perlu perjuangan.

      Dari kendala dan temuan yang telah diuraikan maka perlu ada pemikiran yang cerdas dan kreatif untuk dapat mengimpelementasikan e-learning di Indonesia, sebagai solusi yang penulis ingin sajikan agar dapat mengoptimalkan penggunaan e-learning di Indonesia akan dibagikan menjadi empat solusi yaitu :
Solusi untuk perubahan pedagogik
      Disini peran pemerintahan terutama Dinas yang terkait untuk peka tarhadap perkembangan sosial kemasyarakatan masa kini, yang berkembang ke arah dan era informasi dan komunikasi sehingga perubahan pedagogik tidak terelakkan. Perubahan yang terkini yang harus dicanangkan dan dikembangkan. Diantaranya adalah prinsip – prinsip pembelajaran aktif seperti Active learning, brainstorming, collaborative learning, peer teaching, role playing (drama, simulation), Problem based learning, case study, class discussion, questioning sessions, storytelling, contextual and Inquiry learning. [
Solusi untuk infrastruktur dan teknologi
      Kita harus memikirkan perkembangan perangkat teknologi yang mengarah ke erah cloud dan penyimpanan serta komputasi awan, sehingga dengan memaksimalkan pengadaan perangkat seperti server yang berkapasitas tinggi yang memungkinkan untuk akses penyimpanan dan lalulintas data tidak terhambat dan dengan memaksimalkan komputasi awan maka dapat menekan kebutuhan perangkat lain seperti harddisk. [    Indonesia kini harus memperluas dan mengembankan jaringan yang tidak mamakai jaringan nirkabel namun jaringan serat optik yang berkapasistas dan berkecepatan tinggi.
Maka mutlak harus mengembangkan Ring Palapa, sebagai salah satu pioner jaringan fiber optik milik Indonesia untuk meningkatkan kecepatan access jaringan sehingga pembelajaran online menjadi optimal.
      Itu jika kita membahas tentang infrastruktur lain halnya dengan teknologi untuk e-learning itu sendiri maka Indonesia harus mulai melirik  teknologi open sourch yang bebas lesensi, dengan bebas lesensi maka perkembangan akan menjadi pesat karena tidak membutuhkan biaya yang besar. Salah satu contohnya menggunakan sofware Moodle dalam pengembangan LMS Learning Management System yang berbasis Open Source. Kenapa moodle? Karena dari 46  produk LMS Open Source yang dapat dipilih sebagai alat bantu pembelajaran online yang paling mewakili kebutuhan pedagogik adalah Moodle, dan Moodle sendiri telah menggunakan database MySql dan menggunakan sever yang juga opensource yang bernama Apache web server. Dengan pengeuasaan Moodle maka akan menjadi solusi pendaanaan juga untuk e-learning karena semuanya sudah bebas lesensi dan dapat diunduh dengan gratis. 
Solusi untuk meningkatkan SDM
Pada dasarnya kompetensi SDM untuk pengembangan e-learning tidaklah sulit untuk diraih karena kompetensi untuk elearning minimal mencakup (ini terutama untuk guru dan tenaga yang berpusat pada kontent) :
-          Kemampuan menggunakan e-mail
-          Kemampuan menggunakan blog
-          Kemampuan memaksimalkan penggunakan jejaring sosial yang lebih dulu terkenal.
-          Kemampuan penggunaan perangkat mobile
-          Kemampuan penggunaan milis
Maka dengan pelatihan yang rutin terutama bagi penggunaa yang senior bisa menjadi solusi peningkatan mutu SDM. Selain kebutuhan SDM konten maka kita membutuhakkan SDM profesional dibidangnya seperti Admin LMS dan Teknisi Hardware yang juga cukup penting untuk ditingkatkan.
      Solusi lainnya adalah kolaborasi yang fokus pada pendidikan antar para praktisi pendidikan, praktisi IT dan pemerintah. Sehingga SDM dapat dimunculkan dari ketika domain tadi dan SDM tentunya menjadi mudah dan tidak kurang.

***
2.  Untuk mengoptimalkan aspek interaktifitas adalah dengan terlebih dahulu menumbuh kembangkan motivasi untuk belajar terutama belajar mandiri karena e-learning tidak dapat lancar jika individu tidak mempunya motivasi dalam belajar.
      Berbicara tentang motivasi maka kita dapat menggunakan model ARCS yang dikembangkan oleh Keller yaitu –jika disingkat- memberi arahan untuk mendapatkan atensi siswa, menjadikan materi yang kita kembangkan menjadi materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga terciptanya suasana yang konfiden dan pada akhirnya mendapatkan semacam kepuasan dengan materi yang telah disampaikan.
Setelah model ini sukses diterapkan kepada siswa maka langkah kedua mencari model interaksi yang dapat menjadikan semua aspek interaktivitas pada pembelajaran tatap muka menjadi menarik dengan metode video conference.
Video conference telah mewakili seluruh aspek ARCS dimana guru memberi peranan penting untuk memberi pengaruh untuk menarik perhatian siswa, dan apa yang disampaikan oleh guru atau trainer berisikan kondisi terkini dan relevan. Apalagi jika trainer berhasil mendesain pembelajaran jarak jauhnya dengan memberi bobot nilai dalam interaksi yang dibangun dari diskusi perserta didik, terlebih video conference dapat menggunakan alat teknologi lain yang bisa disambungka dalam satu saluran video conference, sebagai contoh rekaman live video conference dimana kamera tidak hanya menyoroti pembicara namun bisa juga dengan whiteboard dan desktop komputer atau kombinasi pembicaraan dengan trainer dan gerakan pointer mouse pada dekstop.
Model video konfrensi pun mempunyai bermacam bentuk dan model, seperti video konference yang berbasis studio, dan ini amatlah baik untuk kelompok belajar yang besar dan berbasis kelas dengan banyak murid dan siswa. Keuntungan model VC berbasis studio adalah kenyamanan peserta didik yang dapat berinteraksi bersama melalui diskusi kelompok yang dapat diperlhatkan langsung pada trainer melalui media video.
Model lain dari video conference adalah dekstop video conference dimana ini sangan cocok untuk pembelajaran individu yang bersifat tatap muka, namun kelemahannya adalah tidak adanya point interaksi kelompok kecil kecuali memang cukup untuk ukuran dekstop.
Teknologi Video Conference sudah makin berkembang untuk saat ini bahkan salah satu yang mendukung video confrence adalah google hangouts. Google hangouts adalah salah satu fitur yang terdapat pada google plus (baca : google +) salah satu media atau jejaring sosial yang dikembangkan oleh perusahaan mega IT Google. Disebutkan bahwa perangkat yang dibutuhkan untuk mendukung video konfrensi tidak begitu banyak dan tidak begitu sulit diantaranya adalah :
-          Kamera berbasis web
-          Koneksi boardband yang cepat
-          Speaker dan michrophone yang canggih.
      Dengan google + yang sifatnya jejaring sosial maka interaksi antar guru dan muridnya bisa menjadi menyenangkan dengan dengan itu aspek interakfitivas pada pembelajaran tatap muka dapat tercapai.

***

3.  Perubahan teknologi informasi belakangan ini yang membuat paradigma pendidikan ikut berubah, dari pendidikan yang berpusan pada guru ke pendidikan yang berpusat pada siswa, pendidikan yang single media ke pendidikan yang multimedia. Dan perkembangan ini yang menuntut adanya sumber yang baru yang berbasiskan web atau bisa disbeut dengan e-learning. Maka ilmuan Teknologi Pendidikan mencari solusi yang tepat dan cerdas dalam mengembangkan sumber belajar yang berbasis e-learning.
      Seperti yang kita ketahui bahwa definisi teknologi pendidikan dalam paradigmanya tahun 2008  “Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi. Maka dapat dilihat bahwa salah satu ranah yang harus dikuasai dan menjadi kompetensi Teknolog Pendidikan adalah perancangan fasilitas pembelajaran. Dan jika kita kaitkan dengan perkembangan paradigma pendidikan Indonesia abad XXI yang salah satunya adalah perubahan dari pendidikan yang isolasi menuju lingkungan pendidikan jejaring, dimana siswa dapat mencari sumber belajarnya tidak hanya dari satu sisi yaitu guru namun dapat diperoleh dari siapa saja dan kapan saja via internet.
      Lebih dalam lagi tentang memfasilitasi pembelajaran maka teknolog pendidikan mencari desain dan merancang lingkungan yang tepat untuk pembelajar, termasuk desain lingkungan, mengorganisasi sumber, dan menyediakan peralatan.  Peristiwa pembelajaran dapat dilakukan diatur face-to-face atau lingkungan virtual, sebagaimana di jarak jauh. Teknologi Pendidikan mengklaim fasilitas pembelajaran karena mengatur pembelajaran dan dapat membantu menciptakan lingkungan belajar lebih mudah.
      Memfasilitasi pembelajaran tentunya sangat berpengaruh juga dari berbagai pendekatan teoritis dari belajar namun tujuan utamanya adalah bagaimana memfasilitas untuk audienc mau belajar tentu dengan bantuan pendekatan teknologi dari sofware maupun hardware. Oleh karenya teknologi pendidikan perlu mempertimbangkan salah satu fasilitas e-learning dalam pencapaian tujuan belajar siswa.
***
4.  Dalam berbagai referensi mengatakan bahwa pemikiran yang mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi ditengarai akan menyebabkan perilaku penyendiri adalah mitos yang dapat disangkal dengan realita yang diungkapkan oleh John Naisbitt (1999) bahwa makin tinggi penggunakan teknologi dalam pembelajaran makin tinggi pula interaksi sosial yang terjadi.

Salah satu kawasan teknologi pemebelajaran sesuai definisinya taun 2004 adalah kawasan desain pembelajaran dimana sub penjelasannya adalah desain dan strategi pembelajaran maka strateginya agar pemanfaatan elearning tidak menyebabkan perilaku penyendiri adalah menjadikan faktor interaksi sosial sebagai salah satu komponen wajib dalam perolehan nilai akhir.  Dan model pembelajaran yang tepat untuk interaksi sosial dalam kelompok diskusi jika elearning dikemas dalam model video conference berbasis studio yang membutuhkan tempat yang luas dan peserta belajar yang banyak.
Kawasan lain yang ada kaitannya dengan perancangan dan penggunakan teknologi bagi teknologi pembelajaran adalah kawasan pengembangan setelah terjadinya proses desain dan perancangan. Dan kawasan ini berakar pada produksi media. Dan media elearning mencakup berbagai media diantaranya visual, video visual dan teknolog berbasis komputer dan internet.
Salah satu strategi interaksi yang tidak membuat individu terisolasi adalah apa yang ditawarkan oleh perusahaan mega sofware sekelas Adobe, dengan apa yang sebut pengembangan virtual classrooms dimana kelas sudah berkembang dengan berbasis virtual.
Salah satu produknya adalah bentuk baru keluaran Adobe. Yang memberi solusi dalam menciptakan konfrensi berbasis web. Juga menyediakan solusi lengkap untuk pelatihan cepat dan mobile learning, memungkinkan penyebaran cepat dari pelatihan dapat diakses dari mana saja, kapan saja, di hampir semua perangkat.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat, 2013, “http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/02/paradigma-    pendidikan-indonesia-abad-ke-21/” diakses tanggal 5 Desember 2013, Jam : 20.45
Anonim, 2013, “http://en.kioskea.net/faq/29735-professional-videoconferencing-with-       google-hangouts” diakses tanggal 5 Desember 2013, Jam : 20.30.
Charles Jowah, 2006, “Interaction in Online Education” , Routledge, Canada, 2006.
Farid Anfasa, 2010, “Paradigma Pendidikaan Nasional Abad XXI” , Badan Nasional Standar      Pendidikan, Versi 1.0, 2010
Djunaidi, 2005, “E-learning di Indonesai Kenapa Tidak?”, Seminar Nasional Teknologi     Informasi, Yogyakarta 2005
Grendi Hendarstomo, Mei 2008, Dilema dan Tantangan Pembelajaran E-Learning, Majalah        Ilmiah             Pembelajaran Mei 2008
Marc Rosenberg, 2007, “Handbook for E-Learning Strategies”, The E-learning Guild,       Adobe, Santa Rosa 2007.

Paulina Pannen, 2005, Pengembangan E-learning Antara Mitos dan Kenyataan, Seminar   Teknologi Pembelajaran, Jakarta 2005.

Download Document

Comments

Popular posts from this blog

Project IOT Dengan Sensor Jarak